Balai Wilayah Sungai Sumatera I: Bendung Irigasi Berdampak Positif bagi Masyarakat
KUALASIMPANG - Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I mendukung sepenuhnya pembuatan bendung irigasi di Aceh Tamiang. Keberadaan bendung irigasi dinilai akan berdampak positif bagi petani dan masyarakat sekitar, terutama petani yang selama ini kerap dilanda kekeringan.
"Keberadaan irigasi ini akan meningkatkan produktivitas tanam yang sangat erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat," kata pejabat pembuat komitmen BWS Sumatera I, Mardani, MT ketika hadir dalam pembahasan pembangunan bendung irigasi di Karangbaru, Aceh Tamiang, Rabu (31/7/2019).
Sedikit dijelaskannya, bendung irigasi ini berbeda dengan rancangan bendungan konvensional karena tidak menampung debit air.
"Tidak menampung debit air, tapi nanti untuk mengalirkan air ke wilayah terjauh," kata dia.
Bendung irigasi ini diproyeksikan menjangkau 3 ribu hektare sawah yang berada di lima kecamatan, Sekerak, Karangbaru, Manyakpayed, Bandamulia dan Bendahara. Pemkab Aceh Tamiang pun mendukung sepenuhnya program ini dan berharap sejumlah memberikan masukan agar proyek ini tidak merusak lingkungan.
Sebelumnya, Pemkab Aceh Tamiang merampungkan pembahasan proyek pembangunan bendung irigasi dengan memanfaatkan aliran Sungai Tamiang. Dalam pembahasan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh Tamiang bersama sejumlah pihak dan aktivis lingkungan, dijabarkan proyek ini murni untuk kepentingan masyarakat tanpa merusak lingkungan, khususnya di sekitar sungai.
"Ini merupakan amanah UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan sudah telah melalui proses pembahasan kerangka andal," kata Kadis LHK Aceh Tamiang Sayed Mahdi, Rabu (31/7/2019).
Dijelaskannya lagi, pembangunan bendung dan jaringan irigasi ini akan menyentuh lima kecamatan, Sekerak, Karangbaru, Manyakpayed, Bandamulia dan Bendahara yang mencakup areal sawah 3 ribu hektare.
Sektor pertanian di Aceh Tamiang selama ini kerap dilanda kekeringan karena ketiadaan irigasi. Selama ini petani hanya mengandalkan tadah hujan.
Sebelumnya diberitakan, Asisten III Setdakab Aceh Tamiang Adi Dharma menjelaskan kedua konsep ini memiliki perbedaan mencolok.
Di hadapan tim pembahasan proyek ini, Adi memaparkan konsep bendung ini meninggikan permukan air sungai agar dapat dialirkan ke saluran irigasi.
"Kalau bendungan kan menahan air. Kita tidak menggunakan konsep ini, karena air sungainya langsung kita alirkan," kata Adi Dharma.
Dalam perencanaan yang sudah disusun, aliran irigasi ini akan diarahkan ke lima kecamatan, yakni Sekerak, Karangbaru, Manyakpayed, Bandamulia dan Bendahara yang memiliki luas persawahan 3 ribu hektare. Awalnya kata Adi, proyek ini dianggap mustahil karena harus menjangkau Bandamulia yang berjarak cukup jauh dari pusat irigasi di Lubuksidup, Kecamatan Sekerak.
"Apakah air bisa dinaikkan, karena jaraknya jauh sekali. Tapi menggunakan teknologi ternyata bisa," lanjutnya.
Meski berharap proyek ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, Adi tetap berharap ada masukan. Dia tidak ingin konsep yang memberi dampak positif bagi masyarakat ini ke depannya berpotensi merusak lingkungan.
"Dampak lingkungannya harus kita bahas agar pengerjaannya berjalan sesuai jadwal direncanakan," tukasnya.
Sektor pertanian di Aceh Tamiang selama ini kerap dilanda kekeringan karena ketiadaan irigasi. Selama ini petani hanya mengandalkan tadah hujan. (*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Balai Wilayah Sungai Sumatera I: Bendung Irigasi Berdampak Positif bagi Masyarakat
Penulis: Rahmad Wiguna
Editor: Yusmadi