Melihat Progres 3 Bendungan Prioritas Jokowi di Aceh
Aceh - Pemerintah membangun tiga bendungan di Aceh yang masuk menjadi proyek strategis nasional (PSN) Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Aceh. Sebanyak dua bendungan di antaranya sudah masuk proses konstruksi, satu sisanya sedang menunggu sertifikasi desain untuk memulai pembangunan.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Kementerian PUPR Djaya Sukarno menyebutkan tiga bendungan tersebut adalah Bendungan Keureuto, Rukoh, dan Tiro.
"Secara garis besar proyek SDA (sumber daya air) yang besar-besar itu kita ditugaskan membangun beberapa proyek PSN. Itu terdiri dari tiga bendungan yaitu Bendungan Keureuto di Aceh Utara, Bendungan Rukoh dan Tiro di Pidie," kata Djaya di bilangan Panglima Polem, Banda Aceh, Kamis (20/2/2020).
Djaya menyebutkan yang paling jauh pembangunannya adalah Bendungan Keureuto. Progress konstruksinya sendiri sudah mencapai 70% dengan target selesai pembangunannya pada 2021.
"Untuk Bendungan Keureuto itu 70%. Kami tergetkan 2021 selesai untuk Keureuto," ungkap Djaya.
Bendungan Keureuto membendung Sungai Krueng Keureuto yang memiliki 6 anak sungai sebagai penyebab utama banjir pada daerah Lhoksukon. Memiliki kapasitas tampung 215 juta meter kubik. Untuk mengurangi banjir, bendungan ini membuat tampungan khusus banjir sebesar 30,50 juta m3.
Selain banjir, bendungan ini juga mampu mengairi 9.240 hektar saluran irigasi, yang dialirkan melalui daerah irigasi Alue Ubay dan Pasee Kanan. Selain itu bendungan ini juga bisa digunakan untuk menjadi pembangkit listrik hingga 6 megawatt.
"Di samping itu bisa buat tenaga listrik, kami sudah bangun kanal listriknya. Bisa untuk micro hydro sekitar 6 megawatt," sebut Djaya.
Selanjutnya, ada bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie. Bagaimana perkembangan pembangunannya?
Bendungan Rukoh sendiri baru mencapai 10% pembangunan fisiknya. Djaya mengatakan bendungan ini ditargetkan bisa selesai pada 2022.
"Bendung Rukoh itu baru 10%. Kita Targetnya bisa selesai 2024," ungkap Djaya.
Bendungan Rukoh sendiri memiliki daerah tampungan seluas 128 juta meter kubik. Tugas utamanya untuk mengairi 11.950 hektar saluran irigasi di sekitar Kabupaten Pidie.
Kemudian sama seperti di Keureuto, bendungan ini juga memiliki potensi untuk jadi pembangkit listrik. Potensinya, bendungan ini mampu menghasilkan listrik hingga 1,22 megawatt.
"Sama juga seperti di Keureuto, kita juga akan buatkan kanal listriknya. Potensinya sekitar 1 koma sekian megawatt," ujar Djaya.
Kemudian yang terakhir ada Bendungan Tiro yang juga dilabeli sebagai PSN. Bendungan Tiro sendiri hingga kini masih belum dimulai pembangunannya. Pasalnya, bendungan ini mengalami perubahan desain, kini sedang menunggu proses sertifikasi dari pemerintah pusat.
"Bendungan Tiro sendiri kita baru revisi desain dari desain awalnya. Ini tahun 2019 udah selesai dan sekarang proses sertifikasi," jelas Djaya.
Djaya menjelaskan desain diubah karena masalah pembebasan lahan. Dia bercerita ada masyarakat yang menolak untuk direlokasi tempat tinggalnya di sekitar sungai Krueng Tiro.
Menurutnya ada dua desa yang disebut memiliki sejarah adat cukup kental dan tidak ingin dipindah. Proyek pun mesti berjalan, akhirnya pihak Djaya melakukan perubahan desain, yang tadinya menampung dua aliran sungai kini hanya satu.
"Jadi kalau Tiro itu ada awalnya dua tampungan. Melewati dua sungai. Nah yang di Krueng Tiro ada dua desa yang harus dipindahkan. Kami sudah bekerja sama dengan Pemprov, tapi relokasi alot karena history-nya cukup banyak dan kental di Tiro jd mereka menolak," papar Djaya.
"Akhirnya kami ambil alternatif tampungan yang satu lagi kita tiadakan," lanjutnya
Karena mengubah desain, tampungan di Bendungan Tiro pun makin kecil. Yang awalnya menampung 45 juta kini hanya 15 juta meter kubik saja.
"Jadi tampungan lebih kecil. Kalau awalnya dulu Tiro 45 juta meter kubik tampungannya sekarang berkurang jadi 15 juta meter kubik," ungkap Djaya.
Djaya berharap proses sertifikasi desain baru di Tiro dapat cepat selesai tahun ini. Sehingga bendungan bisa mulai dibangun, dia menyebut kalau dibangun tahun ini kemungkinan targetnya bendungan selesai pada 2024.
"Harapan kami kalau bisa disetujui sebelum akhir tahun ini ya sehingga bisa kami bangun bendungannya. Ya tiga sampai empat tahun lah kalau lancar, 2023 mungkin 2024 sudah selesai," kata Djaya.