Pengenalan Biopori Dan Panen Hidroponik Warnai Hari Bakti PUPR Ke 75.
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya pada sektor bantuan Pemerintah semata, namun Pengenalan Biopori dan Panen Hidroponik itu merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dinilai sangat praktis dan efisien.
Sebagaimana halnya seperti apa yang dilakukan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam rangka memperingati Hari Bakti PUPR Ke 75 Tahun yang dilaksanakan Jum'at (11/12/2020) di halaman Balai Wilayah Sungai Sumatera I Banda Aceh.
Momentum Hari Bakti Ke 75 PUPR Tahun 2020 ini Balai Wilayah Sungai Sumatera I Banda Aceh lebih kepada kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memperkenalkan Biopori melalui pembuatan lubang biopori atau lebih lazim di sebut Lubang Respan Biopori (LRB).
Hal tersebut dikatakan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I Banda Aceh Ir. Djaya Sukarno, M.Eng usai melakukan panen Hidroponik sekaligus pengenalan Biopori kepada masyarakat Rabu (11/12/2020).
Menurut penjelasan Kepala Balai Wilayah Sungai I Sumatera Ir Djaya Sukarno kepada masyarakat bahwa Biopori dapat mencegah terjadinya genangan dan banjir.
Dengan di tanamnya biopori ke dalam tanah dengan kedalam minimal 60-100 cm dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 10 cm dan membuat lubang dengan berbentuk silinder yang di sumbal dengan sampah maka, membuat air hujan lebih cepat terserap ke dalam tanah.
Selain itu lanjutnya, sampah organik yang ada di dalam lubang biopori merupakan bagian makan dari cacing tanah. Dimana cacing yang masuk ke lubang tersebut akan membuat tetowongan-terowongan kecil yang ada dalam tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik tersebut, jelas Kepala BWS I Sumatera Banda Aceh Djaya Sukarno.
Kepala Balai Wilaya Sungai Djaya Sukarno juga menjelaskan Pengenalan Biopori dan Panen Hidroponik tersebut merupakan sebagai bentuk pemberdayaan dan kepedulian masyarakat di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Tujuan terowongan-terowongan tersebut oleh cacing adalah untuk meningkatkan perluasan terhadap permukaan tanah. Hal tersebut tentu akan membuat kapasitas tanah untuk menampung air menjadi semakin meningkat menjadi 40 kali lipat, jelas Kepala Balai Djaya Sukarno.
Bila masyarakat baik di rumah, kantor dan di setiap bangunan bisa menerapkan biopori maka dwngan besarnya jumlah air yang masuk kedalam tanah maka akan dapat meminimalisir dampak banjir.
Menurut Kepala BWS Banda Aceh Ir, Djaya Sukarno, tidak hanya biopori yang dapat membantu pengelolaan sumber daya air tapi, kegiatan panen hidroponik juga sangat bermamfaat.
Karena, hidroponik adalah suatu budidaya menanam dengan memakai air, tanpa memakai tanah hanya mengisi sampah kedalam biopori yang di tanam dalam tanah dan bisa menekan pertumbuhan kebutuhan nutrisi untuk tanaman.
Kepala Balai Wilayah Sungai Ir Djaya Sukarno yang di dampingi Joni Khairi menambahkan bahwa, kebutuhan air pada tanaman hidroponik lebih sedikit dibandingkan kebutuhan air pada budidaya dengan memakai media tanah. Hidroponik dengan memakai air menjadi lebih efisien, jadi untuk itu sangat cocok pola tersebut diterapkan pada daerah yang pasokan airnya terbatas.
Adapun jenis tanaman yang akan dibudidayakan dengan pola hidroponik masyarakat juga harus memperhatikan dengan tanaman yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata dengan jenis, tomat, timun jepang, melon, terong jepang, selada dan lainya.
Sayuran hidroponik yang tanpa pestisida ini dapat menjaga kesehatan tubuh menjadi sehat. Sebagaimana diketahui bahwa sayuran hidroponik yang ditanam BWS Sumatera I terdiri dari jenis Pokcoy dengan masa panen unur 40 hari.
Kepala BWS Sumatera I Djaya Sukarno mengharapkan, langkah-langkah yang dilakukan Balai Wilayah Sungai Sumatera I semoga bisa di tiru oleh siapapun juga, agar budaya hidup sehat dapat lebih meningkat dengan mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, tutupnya.
Sumber: https://acehglobal.co/detailpost/pengenalan-biopori-dan-panen-hidroponik-warnai-hari-bakti-pupr-ke-75