Pusat Segera Tangani Kerusakan Infrastruktur SDA di Sulawesi
Kerusakan infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) akibat bencana banjir/longsor di Sulawesi Utara yang terjadi Januari lalu menyisakan kerugian finansial yang cukup besar jumlahlnya. Diperkirakan kerugian mencapai sekitar Rp 69 miliar. Kota Manado merupakan paling parah tingkat kerusakannya. Terkait permasalahan ini yang perlu dilakukan adalah kegiatan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (RR) bangunan-bangunan SDA yang rusak. Diantaranya pengendali banjir, rehabilitasi irigasi Desa, rehabilitasi Air Baku, perbaikan tanggul Sungai Tadoy, perbaikan tanggul Pantai Maelang dan rehabilitasi Dam Pengendali Sedimen Tolotoyon. (Kab. Bolaang Mongondow Timur).
“Untuk Sungai Tondano, penangananya dilakukan dengan Program Urban Flood Control in Selected Cities, Manado Sub Project (IP-551) melalui bantuan JICA yang akan dimulai tahun 2014 ini. Pekerjaan akan dibagi dalam 5 segmen untuk sepanjang 7,2 km,” tegas Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I, Bob Arhur Lombogia di sela-sela mendampingi Kunker Komisi V DPR RI ke Sulawesi Utara minggu lalu (10/3).
Menurut Bob, Manado Sub Project (IP-551) adalah bantuan JICA untuk penanganan Sungai Tondano selama 2 tahun ke depan. Alokasi bantuan ini mencapai Rp 156,6 Miliar untuk pekerjaan sepanjang 1,7 km. Adapun total dana yang dibutuhkan untuk menangani Sungai (7,2 km) sebesar Rp 577 miliar. Dengan demikian masih terdapat kekurangan dana untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Kami berharap sisa kekurangannya dapat ditutup tahun depan oleh pemerintah pusat, tambah Bob Arhur.
Ditegaskan, total biaya yang dibutuhkan untuk rehbailitasi/rekonstruksi sekitar Rp 69 miliar. Namun sebagian besar dana (Rp 54,4 miliar) itu dialokasikan untuk kerusakan di Kota Manado. Adapun biaya untuk pembangunan dalam rangka pengendalian banjir ditaksir mencapai 158,5 miliar. Sehingga total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 227,5 miliar untuk Propinsi Sulawesi Utara. Khusus untuk Kota Manado kegiatan yang telah dialokasikan dalam DIPASatuan kerja BWS I meliputi 4 kegiatan.
Adapaun ke empat kegiatan dimaksud adalah, Urban Flood Control System Improvement in Selected Cities, Manado Sub Project (dana Loan JICA). Revitalisasi Danau Tondano yang bermanfaat dapat mereduksir banjir Sungai Tondano di Kota Manado. Pembangunan Bendungan Kuwil berkapasitas tampung (23,4 juta m3) dengan debit banjir periode ulang Q – 25 tahun dengan reduksi banjir sebesar 275 m3/detik. Ditambah lagi dengan egiatan Operasi dan Pemeliharaan Sungai Sario yang meliputi pembersihan alur sungai, galian endapan dan sosialisasi Program Kali Bersih.
“Kami rencanakan pelaksanaan konstruksi pembangunan Bendungan Kuwil sebagai antisipasi mengurangi ancamanan banjir Kota Manado dan sekitarnya dapat dimulai tahun 2015. Dan kami berharap pada tahun 2019 Bendungan ini sudah dapat dioperasikan,” tutur Kepala BWS Sulawesi I didampingi Kepala BPJN XI dan Ketua Tim rombongan Komisi V, Muhidin.
Lebih jauh Bob Arhur menjelaskan, Detail Desain Sungai Tondano sepanjang 7,2 km telah selesai dikerjakan. Bahkan biaya konstruksi untuk sepanjang 1,7 km telah tersedia dalam Loan IP-551. Disisi lain, Manado Flood Control Kota Manado dalam program jangka panjang (pengendali banjir) secara terpadu perlu dialokasikan dana untuk studi hingga Detail Desain khususnya bagi 5 (lima) Sungai yang mengalir di Kota Manado. Sekitar Rp 2,1 miliar.
Dalam kesempatan terpisah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sungai dan Pantai 2 Sulawesi I, Sarjon Weliang menyatakan, tahun ini (2014) pihaknya akan melaksanakan 6 paket proyek. Yakni, pembangunan bangunan pendgendali banjir Sungai Sario, Sungai Paniki Tanawangko, bangunan Pengaman Pantai Kamenti, Rumbia, Bukit Tinggi dan pengaman Pantai Amurang. Keseluruhannya bangunan pengaman pantai ini merupakan proyek lanjutan tahun sebelumnya. Jangka waktu pelaksanaannya diperkirakan antara 210 – 270 hari kerja.
Saat ini masih ada kontrak dan sanggahan. Namun dipastikan pekerjaan konstruksinya sudah bisa dimulai bulan depan (April). Seluruh pekerjaan kami harapkan sudah rampung dalam tempo 6 – 9 bulan ke depan terhitung sejak dimulai konstruksi. “Tahun lalu (2013) ada 12 paket. Namun tahun ini hanya 6 paket. Pekerjaan kami berupa 2 paket penanganan Sungai dan 4 paket pengaman pantai,” ungkap Sarjon. (Sony)
Sumber : pu.go.id